Serangan ulat bulu ini diduga berasal dari semak belukar di area empang bekas galian pasir yang mengering akibat musim kemarau. Semak tersebut merupakan tempat bersarang ulat bulu, dan ketika vegetasi tersebut mati, ulat-ulat itu pun bermigrasi mencari tempat baru—yang tak lain adalah permukiman warga.
"Semak belukar itu tempat bersarangnya ulat bulu. Ketika kering dan mati, ulat-ulat itu masuk ke rumah-rumah warga. Kami sangat terganggu," ujar Ubay Permana, tokoh masyarakat setempat.
Asnawi Muchtar, tokoh agama setempat, juga angkat bicara mengenai fenomena ini.
"Jumlahnya luar biasa banyak, mungkin puluhan ribu. Walaupun tidak membahayakan secara langsung, tapi membuat takut, terutama anak-anak dan para ibu rumah tangga. Ini sudah bisa dikategorikan sebagai wabah dan harus segera ditangani," katanya.
Menanggapi laporan warga, Lurah Batusari, Jariri, segera turun langsung ke lokasi. Setelah menerima informasi dari Ubay Permana, ia bergerak cepat menghubungi Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang. Tak berselang lama, pihak DKP yang diwakili oleh Ibu Maria tiba di lokasi dan langsung berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang.
Tim gabungan dari Pos Damkar Belendung yang terdiri dari Aziz Hamzah (Danru), Ibrahim, dan Aril Anggriawan, segera melakukan penyemprotan pestisida ke area semak belukar yang menjadi sumber wabah.
Berkat respons cepat dari jajaran pemerintah Kota Tangerang, situasi kini kembali kondusif. Warga tak lagi diliputi rasa was-was dan aktivitas kembali normal.
"Kami ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Tangerang dan semua pihak yang telah tanggap dan sigap menangani kejadian ini secara cepat, proporsional, dan profesional," ungkap Ubay Permana dengan penuh rasa syukur.
(Red/KJK)
0 Komentar