Kali ini, kegiatan serap aspirasi rakyat itu berlangsung di RT 02 RW 11, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Tangerang, Selasa (10/6/2025). Reses ini menjadi momentum penting bagi para wakil rakyat untuk turun langsung ke masyarakat, mendengarkan keluhan dan harapan warga di Daerah Pemilihan (Dapil) I.
Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, ”Andri S Permana, yang juga Dewan dari PDI Perjuangan, memimpin jalannya reses dengan menyerap sejumlah isu krusial yang disampaikan warga, mulai dari persoalan infrastruktur, pendidikan, hingga penanganan banjir dan pengelolaan sampah.
“Reses merupakan bentuk pertanggungjawaban politik anggota dewan kepada masyarakat. Melalui forum ini, kami menghimpun aspirasi yang akan diperjuangkan sebagai dasar dalam perencanaan program dan kegiatan pemerintah daerah,” kata Andri dalam sambutannya.
Andri menyampaikan terima kasih atas antusiasme masyarakat yang hadir dan aktif menyampaikan berbagai persoalan di lingkungan mereka. Ia memastikan, meski tahun anggaran 2025 telah memasuki tahap perencanaan, masih tersedia ruang kebijakan untuk mengakomodasi sejumlah aspirasi melalui mekanisme APBD Perubahan di akhir tahun.
“Kebanyakan keluhan warga selalu kembali pada persoalan infrastruktur. Ini menjadi indikator jelas bahwa pelayanan dasar seperti jalan lingkungan, drainase, hingga sarana umum lainnya masih belum merata,” kata Andri.
Ia berkomitmen menjadikan infrastruktur sebagai prioritas perjuangannya di DPRD. Selain infrastruktur, masalah fasilitas pendidikan menjadi sorotan serius. Menurut Andri, banyak warga di wilayah Tanah Tinggi yang kesulitan mendapatkan akses sekolah, terutama karena aturan zonasi dan keterbatasan jumlah sekolah di sekitar pemukiman.
“Saat ini sangat sulit mencari lahan sekolah di wilayah ini. Banyak anak-anak kita yang harus bersekolah ke luar daerah tapi terhambat aturan zonasi. Maka jika ada lahan yang memungkinkan, saya akan perjuangkan untuk didirikan fasilitas pendidikan baru,” tegasnya.
Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan bahwa perjuangannya di parlemen akan difokuskan pada hal-hal yang memberikan dampak langsung dan luas bagi masyarakat.
“Prioritas saya, selama itu menyangkut hajat hidup orang banyak dan bermanfaat, akan saya perjuangkan habis-habisan,” tegasnya.
Sementara. Dalam sesi dialog, Ketua RT 02 RW 07, Ahmad Nahrawi, menyampaikan sederet persoalan yang menurutnya masih menjadi pekerjaan rumah besar di wilayah Kelurahan Tanah Tinggi.
“Permasalahan pertama yang paling krusial adalah soal banjir. Gorong-gorong di sejumlah titik belum terealisasi pembangunannya. Kedua, banyak jalan lingkungan yang rusak parah, padahal sudah diusulkan dalam musrenbang,” jelasnya.
Ahmad juga menyoroti lemahnya literasi masyarakat soal bantuan pendidikan seperti KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan PIP (Program Indonesia Pintar). Banyak orang tua murid, katanya, hanya mendengar nama program tersebut tanpa tahu bentuk, fungsi, maupun cara mengaksesnya.
“Warga seperti hanya sekadar tahu kartu KIP, tapi tak tahu bagaimana cara menggunakannya. Harus ada edukasi langsung,” ujarnya.
Masalah lain yang tak kalah mendesak adalah soal kesehatan anak dan gizi buruk (stunting). Ahmad menyebut bahwa wilayahnya sempat memiliki angka stunting yang cukup tinggi, dan berharap ada program kesehatan yang lebih nyata di tingkat kelurahan.
“Gizi buruk masih menjadi masalah nyata di kampung kami. Kami harap Pak Andri bisa bantu realisasikan program kesehatan yang konkret,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Ahmad menyoroti persoalan kebersihan lingkungan. Menurutnya, setelah Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah di wilayah Tanah Tinggi dibongkar, penanganan sampah menjadi terbengkalai.
“Sampah sekarang menumpuk karena TPS sudah tidak ada. Di jalan utama mungkin cepat diangkut, tapi di dalam kampung menumpuk. Kami minta tambahan armada kebersihan, baik itu gerobak maupun kendaraan roda empat,” ujarnya.
Sementara itu, warga lainnya, Reno, dari RT 02 RW 07, turut menyampaikan tiga persoalan utama yang masih terus ia perjuangkan bersama warga lainnya.
Pertama, permintaan pembuatan sodetan untuk mencegah banjir yang menggenangi wilayah RW 6, 7, dan 8. Ia mengaku permintaan ini telah diajukan sejak tiga periode lalu namun belum juga direalisasikan.
“Kami sudah ajukan sodetan sejak tiga periode lalu. Tapi belum ada kabar kelanjutannya. Mohon Pak Dewan bisa bantu kawal agar terealisasi,” kata Reno.
Kedua, soal program bedah rumah yang menurutnya dari sisi anggaran mengalami peningkatan, namun jumlah penerima manfaat masih sangat terbatas. Ia berharap ke depan, program ini bisa menjangkau lebih banyak warga miskin.
“Rumah-rumah tua di wilayah kami banyak yang tidak layak huni. Kami minta agar lebih banyak rumah yang bisa dibedah,” pintanya.
Terakhir, Reno meminta agar jalan-jalan lingkungan yang belum tersentuh perbaikan segera mendapat perhatian.
“Jalan di wilayah kami sudah rusak dan membahayakan. Mohon jadi perhatian,” ujarnya.
Menutup kegiatan reses, Andri S Permana menegaskan bahwa seluruh aspirasi yang dihimpun akan dibawa ke dalam pembahasan formal di DPRD dan dijadikan dasar untuk intervensi kebijakan yang tepat sasaran.
“Kami akan kawal satu per satu aspirasi yang masuk. Tidak semua bisa langsung terealisasi, tapi dengan sinergi bersama pemerintah daerah dan perencanaan yang matang, saya yakin pelan-pelan semua bisa kita wujudkan,” pungkasnya. (Yani)
0 Komentar